I N D O F E S T

Sharing Session: Eiger Zero Waste Adventure Camp

Image_not_found Caption foto: Suasana sharing session oleh Siska dan dimoderatori oleh Galih Donikara di JX International Exhibition Convention pada Jum'at (8/11). (WARTAPALA INDONESIA / Nindya Seva Kusmaningsih)

Wartapalaindonesia.com, SURABAYA - Setelah sebanyak lima ribu pengunjung memadati area Indofest di hari pertama, kini di hari kedua semakin terlihat antusiasme masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya.

Di balik promo yang menarik, banyak tema sharing session yang disuguhkan kepada pengunjung. Salah satunya sharing session yang dipersembahkan oleh Eiger Adventure.

Dengan mendatangkan Siska Nirmala, pelaku gaya hidup Zero Waste sejak 2012 lalu, berhasil menarik perhatian sobat Indofest. Sharing session yang dimoderatori oleh Galih Donikara ini berbagi tentang kegiatan Eiger Zero Waste Adventure Camp.

Sebuah kegiatan Zero Waste Adventure Camp yang didukung penuh oleh Eiger. Sama halnya dengan fun camp pada umumnya, yang membedakan hanya diharuskan untuk zero waste.

Kegiatan yang diikuti 100 peserta dan 25 panitia ini dipaksa untuk tidak menghasilkan sampah. Jadi, dalam fun camp ini tidak diperbolehkan merokok, hanya membawa makanan dan minuman tanpa kemasan, dan membawa tumblr sendiri. Dengan membawa tumblr, peserta bisa mengisi ulang air minum yang telah disediakan oleh panitia.

"Kenapa dilarang merokok? Karena merokok berpotensi menghasilkan sampah. Sedangkan saya memaksa teman-teman untuk tidak menghasilkan sampah, bukan mengurus sampah," ungkap Siska.

Jika awalnya wanita asal Bandung tersebut mengkampanyekan gaya hidup zero waste dalam pendakian, kali ini melalui fun camp karena tidak semua orang bisa naik gunung.

Kegiatan Eiger Zero Waste Adventure Camp dengan total 125 orang dalam waktu dua hari satu malam ini hanya menghasilkan sampah organik sejumlah 21,3 kg, tanpa adanya sampah plastik maupun sampah lainnya.

Tempat untuk menampung sampah sayuran ataupun buah-buahan sendiri tidak menggunakan trashbag melainkan memakai bakul dari anyaman bambu. Mengapa demikian? Sebab bakul tersebut tidak berpotensi menjadi sampah dan bisa digunakan ulang.

Siska melakukan gerakan ini berawal dari kegelisahannya melihat sampah di gunung Rinjani, sehingga kini ia masih memegang teguh gaya hidup zero waste-nya. Ketika ia tergoda untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan sampah, ia ingat kembali akan kegelisahannya lalu akhirnya bisa menghindari dan merasa terobati kala tak menghasilkan sampah.

"Karena kita, khususnya orang Indonessia kan plastic addict ya, dikit-dikit diplastikin ya karena plastik itu ga ada value-nya. Sehingga kita gampang untuk beli dan buang. Hal yang terpenting adalah merubah mindset kita sendiri," tutur wanita berdarah Sunda ini.

Jika dari Reduce, Reuse, Recycle (3R), maka Siska lebih menekankan kepada point pertama. Reduce, sebisa mungkin menghindari sampah.

"You had to lead by example. Artinya, jika kita mengajak orang lain untuk ber-zero waste maka kita harus mencontohkan terlebih dahulu," tutupnya.

Sumber berita: https://wartapalaindonesia.com/
Kontributor: Nindya Seva Kusmaningsih, WI 160009
Editor: A. Phinandhita P, WI 150001